Wah. Pejuang Lingkungan Hidup Terjerat Kasus Pidana Meningkat

Berita, JAKARTA403 Dilihat

MEDIA MATARAKYATNEWS || JAKARTA, 16/9/2024 – Pejuang Lingkungan Hidup Terjerat Kasus Pidana Meningkat. Peraturan Menteri LHK Nomor 10 Tahun 2024 ini muncul di tengah meningkatnya kasus-kasus pidana yang menjerat pejuang lingkungan, munculnya peraturan Menteri tersebut seakan tidak berpengaruh kepada penegak hukum.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang menegaskan bahwa pejuang lingkungan tidak bisa dipidana, dipandang cukup progresif, menurut kalangan pegiat lingkungan.

Auriga Nusantara mencatat telah terjadi setidaknya 133 kasus ancaman terhadap pembela lingkungan sepanjang 2014-2023.

Namun peraturan menteri ini tidak bisa mengikat lembaga penegak hukum yang “sering kali belum punya perspektif melindungi pejuang lingkungan”, kata pakar dan pegiat.

Baca Juga  Mencekam. Aparat Malaysia Tembak 5 WNI di Perairan Tanjung Rhu. 1 Orang Tewas, 3 Mengalami Luka Berat, dan Satu Orang Lainnya Dalam Kondisi Kritis. Berikut Kronologisnya;

Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Hukum Lingkungan Indonesia (ICEL), Raynaldo Sembiring, mengatakan salah satu tantangan dari implementasi peraturan ini adalah memastikan bahwa aparat penegak hukum memiliki pemahaman yang sama soal perlindungan pejuang lingkungan.

Menurutnya, ini bukanlah peraturan pertama dengan napas serupa. Kejaksaan Agung dan Mahkamah Agung pernah menerbitkan pedoman untuk menangani serta mengadili perkara terkait lingkungan hidup.

“Tapi aparat penegak hukum sering kali memilih tidak menggunakan ketentuan yang sudah ada. Saya melihatnya pemahamannya belum penuh, lalu [mereka] melihat para pegiat lingkungan ini sama seperti pelaku kejahatan lainnya, padahal kan tidak,” kata Raynaldo, Jumat (13/09).

Baca Juga  Sekjen Kemenhan RI Pimpin Upacara Sertijab Eselon II Di Lingkup Setjen Kemhan RI

Sampai bulan ini saja, masih ada kasus-kasus pejuang lingkungan yang berhadapan dengan hukum.

Pada 5 September 2024, dua nelayan di Kwala Langkat, Sumatra Utara, divonis bersalah karena menolak hutan mangrove menjadi kebun sawit.

Tina Rambe, seorang ibu di Labuhan Batu, dituntut enam bulan penjara karena diduga melawan polisi saat berdemo menolak pabrik kelapa sawit. Video Tina memeluk anaknya dari balik jeruji sempat viral di media sosial.

Baca Juga  Gubernur Terpilih Mayjen TNI (Purn) Yulius Selvanus Bertekad Wujudkan Sulawesi Utara Lebih Sejahtera, Berdaya Saing Dan Membawah Perubahan Nyata

Dari Halmahera Tengah, Cristina Rumalutu dipanggil oleh Bareskrim Polri imbas aksi protesnya menyoroti kerusakan lingkungan akibat tambang nikel. Dia dilaporkan atas tuduhan pelanggaran Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Pada April 2024, aktivis lingkungan di Karimunjawa, Daniel Frits Maurits Tangkilisan sempat divonis tujuh bulan penjara karena memprotes tambak udang yang merusak lingkungan. Daniel akhirnya bebas pada Mei lalu setelah mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi. Melansir BBC News Indonesia.

RED-MATARAKYATNEWS

Editor : Nj

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *